Sabtu, 26 Maret 2011

Ekonomi pembangunan I

INDIKATOR PEMBANGUNAN EKONOMI

Pembangunan ekonomi adalah sebuah upaya untuk menigkatkan kesejahteraan ekonomi berskala besar, yaitu skala sebuah Negara. Karena skalanya yang sangat besar tersebut, untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan sebuah pembangunan ekonomi bukanlah hal yang mudah. Di samping skalah yang besar tersebut, yang membuat evaluasi pembangunan menjadi titik mudah adalah karena variabel utama yang diamati adalah variabel kesejahteraan, sebuah variabel yang tidak dapat diukur karena sifatnya yang kualitatif. Ditambah lagi ukuran kesejahteraan itu tidak sederhana, akan tetapi meliputi banyak hal atau multidimensi. Untuk mengatasi ketiga hal tersebut maka ahli ekonomi pembangunan menyusun berbagai indikator pembangunan.
Indikator pembangunan menaglami perbaikan seiring dengan perkembangan ilmu ekonomi pembangunan. Di balik upaya pengembangan ini terlibat ekonom dari berbagi universitas besar diberbagai Negara. Berikut ini akan dibahas indikator-indikator besar yang telah mereka hasilkan jalnnya pembangunan di sebuah Negara.

A.Pertumbuhan GNP sebagai indikator pembangunan ekonomi

Waktu berjalan dan pemerintah memusatkan perhatian dan upayanya untuk meningkatkan pertumbuhan GNP sehingga beberapa Negara berhasil menumbuhkan GNPnya dalam tingkat yang tinggi,, terutama Negara-negara di kawasan Asia. Dengan meningkatnya pertumbuhan GNP orang berharap bahwa kesejahteraan juga akan menigkat. Akan tetapi kemudian Negara-negara tersebut mencatat bahwa meskipun pertumbuhan GNP sudah berlangsung dengan tingkat tinggi dan dalam kurun waktu yang cukup lama, masih banyak orang yang hidup di bawah garis kemiskinan.kemudian disadari bahwa ternayat pertumbuhan yang tinggi tersebut di ikuti pula oleh pertumbuhan penduduk yang tinggi pula sehingga pertumbuhan GNP tersebut harus dibagi pula dengan jumlah penduduk yang menigkat sehingga tidak bisa menjamin kesejahteraan penduduk. Kerena itu orang lebih suka menggunakan GNP perkapita.
GNP perkapita adalah ukuran pendapatan nasional yang sudah memperhitungkan jumlah penduduk. GNP perkapita adalah salah satu indikator pembangunan yang paling mendasar dan nasih digunakan sampai saat ini yang mempunyai dua keunggulan yaitu pertama, GNP perkapita relative mudah dihitumg dan kedua, ukuran ini cukup mewakili hakikat utama pembangunan, yaitu meningkatkan kesejahteraan dan penghilang kemiskinan.

B.Index Mutu Hidup ( The Physical Quality of Life Index/ PQLI )

Ukuran kesejahteraan yang lain disamping pendapatan nasional adalah index mutu hidup (physical quality of life index). PQLI adalah indeks non-ekonomi hidup yang merupakan kombinasi dari tiga indicator :
a)Kematian bayi ( jumlah kematian tahunan dari bayi yang berumur di bawah satu tahun per 1000 yang hidup)
b)Harapan hidup mulai umur satu tahun
c)Tingkat melek huruf (dalam persentase)
PQLI memang menberikan alternatif bagi indikator kesejahteraan selain GNP perkapita. Akan tetapi indikator ini juga tidak lepas dari kritik perhatian beberapa hal berikut ini ;
1) Beberapa ahli ekonom mengatakan bahwa hubungan antara indicator PQLI dan indeks gabungan GNP perkapita sangat erat sehingga menunjukkan hal yang tidak berbeda. Kebanyakan Negara yang GNP perkapitanya tinggi akan mempunyai indeks PQLI yang tinggi pula. Sehingga menurut ekonom , PQLI tidak menunjukkan sesuatu yang baru karena merupakn hal yang sia-sia untuk menghitungnya sepanjang kita mempunyi GNP perkapita. tetapi para ekonom akhirnya sepakat bahwa indikator PQLI hanya efektif membedakan tinggakt pembangunan jika tingkat GNP masih rendah.
2)Tidak pernah ada dasar ilmiah yang pasti dalam pembuatan skala indeks dari 1-100
3)PQLI member bobot yang sama atas tiga indeks penyusunan.

C.The Human Development Index (HDI) / indeks pembangunan manusia

HDI meringkas tiga variabel kesejahteraan dan meringkasnya dalam sebuah indeks komposisi tunggal. Variabel-variabel tersebut adalah :
a)Umur panjang (longevity)
Sebagai pengukur kesehatan dan nutrisi. Umur panjang diukur dengan merata-rata harapan hidup (dalam tahun) dari tingkat kelahiran, dihitung dengan mengasumsikan bahwa seorang bayi lahir dalam satu tahun tertentu akan mengalami tingkat kematian seketika dari kelompok umur ( tahun pertama, kedua, ketiga dan seterusnya sampai tahun ke-n ) sepanjang hidupnya.
b)Pendidikan
Terdiri dari rata-rata terbobot antara (a) tingkat melek huruf dari kaum dewasa dalam persentase (bobot 2/3), (b) tahun-tahun utama dari masa sekolah seseorang sepanjang tahun 25 tahun dari umurnya (bobot 1/3).
c)Standar hidup
Indicator standar kehidupan adalah GDP perkapita rill dalam dolar PPP(purchasing power parity), dengan tanpa diskon sampai dengan suatu tingkat kemiskinan global dengan dasar kebutuhan pendapatan yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat nutrisi minimal dan diskon yang meningkat dengan progresif dengan menigkatnya pendapatan, merefleksikan utilitas marginal yang semakin menurun dari pendapatan.
Untuk menyusun sebuah indeks komposit, kita harus menentukan nilai maksimum dan minimum untuk tiap tiga variabel- harapan hidup, pendidikan, dan GDP rill perkapita yang sudah disesuaikan. Kita menormalkan nilai observasi untuk masing-masing variabel dengan skala 0-10 kemudian kita mengukur depreviasi dari sebuah Negara yang dialami untuk masing-masing variabel tersebut, kemudian merata-rata tiga tingkat depreviasi untuk mendapatkan HDI. HDI bisa diasumsikan bernilai antara 0 sampai dengan 1.
Beberapa kritik mengargumentasikan bahwa masalah-masalah pembangunan esensinya adalah masalah menstimulasi pertumbuhan ekonomi. R. Reichel menemukan bahwa GNP perkapita dengan pendekatan PPP bisa menjelaskan sebagian besar komponen-komponen HDI. Dengan demikian kita perlu mengukur pembangunan manusia secara terpisah. Tetapi kebanyakan ahli pembangunan dan agen-agrn internasional menolak pendapat Reichel dan mengatakan bahwa GNP perkapita dengan PPP masih mengabaikan berbagai aspek yang penting dari proses pembangunan.
Konsep pembangunan manusia mencakup variabel yang sangat bervariasi dan sulit untuk kita gambarkan hanya dalam satu indeks atau indikator. HDI adalah salah satu indeks yang berguna dalam memusatkan perhatian pada aspek kualitas dari pembangunan, dan berguna bagi Negara-nagara dengan skor HDI yang relative rendah untuk melihat kembali vareiabel-variabel nutrisi, kesehatan, dan pendidikan.

D.Pemenuhan Kebutuhan-Kebutuhan Pokok

Sepanjang periode 1960-an para ekonom prustasi melihat kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi tampaknya hanya mempunyai pengaruh yang sangat kecil dalam menurunkan tingkat kemiskinan di dunia ketiga. Karena itu pada tahun 1970-an banyak ahli ekonomi merasa tidak puas dengan strategi pembangunan yang hanya me4nekankan pertumbuhan perkapita. Startegi-strategi tersebut dianggap tidak cukup dan harus disempurnakan dengan program-program yang langsung menyasar pada 40-50 % populasi termiskin di dunia ketiga yang kemudian di kenal sebagai pendekatan kebutuhan pokok (the basic needs approach). “ serangan langsung “ ini diperlukan karena distribusi pendapatan semakin lama semakin tidak merata, karena para konsumen dengan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan nutrisi sering membuat pilihan yang tidak efesien atau tidak bijak dalam bidang ini. Harus diambil kebijakan khusu yang membantu para penduduk miskin tersebtu untuk lepas dari keadaan.
Pendekatan kebutuhan pokok mengeser perhatian dari memaksimalkan output menjadi meminimalkan kemiskinan. Perhatian sekarang ditekankan bukan hanya pada seberapa banyak yang harus diproduksi akan tetapi juga pada apa yang harus diproduksi dengan cara bagaimana, untuk siapa, dan dengan konsekuensi yang yang bagaimana.
Kebutuhan poko meliputi nutrisi, pendidikan dasar, kesehatan, sanitari, suplai air, dan perumahan yang cukup.yang menjadi masalah adalah ; indikator-indikator apakah yang bisa mewakili kebutuhan-kebutuhan pokok tersebut ? dua konsultan ekonomi dengan Bank dunia mengidentifikasikan beberapa hal berikut ini sebagai indikator pendahuluannya :
•Makanan : suplai kalori dan protein per kepala sebagai persentase dari yang diperlukan.
•Pendidikan : tingkat melek huruf, daftar siswa sekolah dasar (sebagai persentase dari populasi umur 5-14 tahun).
•Kesehatan : harapan hidup sejak kelahiran
•Sanitasi : kematian bayi (perseribu kelahiran)
•Suplai air : kematian bayi (perseribu kelahiran)
•Perumahan : masih dalam analisis

E.Indikator Ekonomi Bersih

Willian Nordhaus dan James Tobin adalah dua orang ekonom yang masuh percaya bahwa di samping berbagai kelemahannya, GNP perkapita adalah indikator pembangunan yang cukup baik . yang perlu dilakukan adalah memperbaiki proses perhitungan GNP, supaya lebih mencermingkan kesejahteraan penduduk. Oleh karena itu mereka mengusulkan koreksi atau GNP perkapita tersebut. Ada dua jenis koreksi yang mereka usulkan ;
a.Koreksi positif
GNP perkapita kadang-kadang tidak memasukkan beberapa hal yang sebenarnya membuat masyarakat sebuah perekonomian lebih sejahtera. Yang termasuk dalam hal ini adalah :
1)Waktu senggang . beberapa penduduk yang sudah kaya rela bekerja lebih sedikit untuk sekedar bisa menikmati masa luang, dan kegiatan ini menambah tingkat kesejahteraan mereka, meskipun bukan berupa tambahan pendapatan. Ini harus dimasukkan dalam GNP hasilnya lebih mencermingkan kesejahteraan masyarakat (dalam arti menambah)
2)Kegiatan substansi. Misalnya kita memasukkan untuk dimkakan sendiri, adalah kegiatan-kegiatan yang benar-benar mendatangkan nilai tambah tetapi tidak pernah dimasukkan dalam GNP.
3)Kegiatan sector informal. Misalnya pedagang kaki lima yang benar-benar menghasilkan nilai tambah yang seharusnya dimasukkan dalam GNP.
b.Keoreksi negatif
Dalam proses produksi dan komsumsi, kadang-kadang ada biaya-biaya yang muncul tetapi belum diinternalisasikan dalam harga pasar. Misalnya polusi air dan udara yang ditimbulkan oleh berbagai pabrik. Akan tetapi GNP tidak pernah dimasukkan. Supaya GNP betul-betul mencermingkan kesejahteraan masyarakat , mka hala-hal yang tadi harus dimasukkan de dalam GNP.