Kamis, 09 Desember 2010

Kegagalan Kredit Pertanian








Oleh :
Tegar Setyawan
NIM: C1A009071


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2010



Sebab-sebab Kegagalan Kredit pertanian dari berbagai sumber yang saya temukan adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya respon pemerintah desa dalam mengajukan berkas permohanan ke Balai Penyuluh Pertanian ke kecamatan setempat.(Desa Ujung Padang, Kecamatan Susoh)
Pihak desa sangat lamban dalam memproses berkas pengajuan, pada hal sudah diinformasikan sebelumnya.

2. Kurang Optimalnya Peranan Koperasi-koperasi yang ada di pedesaan.
Sebagai koperasi yang sehat dan mampu mensejahtrakan anggotanya, koperasi semestinya dapat memberikan modal untuk pertanian kepada petani dan dapat menyerap hasil pertanian dengan harga yang sesuai pada musim panen untuk diperoleh lebih lanjut. Namun kenyataannya tidaklah demikian, koperasi pertanian desa dan pertanian gagal menyalurkan kredit pertanian karena prosedurnya yang dianggap berbelit-belit dan adanya uang yang diselewengkan oleh oknum-oknum pengurus koperasi itu sendiri.

3. Kurangnya jaminan dari pemerintah, umumnya menjadi kendala utama penyaluran kredit di sector pertanian. Selain itu, tidak dapat memenuhi persyaratan andministrasi, hasil penjualan panen kurang menjanjikan dan karakter petani yang kurang baik, juga menjadi kendala dalam menyalurkan kredit di sektor pertanian.
http://eprints.undip.ac.id/16894/1/Chandra_Dewi.pdf

4. Menurunnya aktivitas perekonomian yang mempengaruhi usaha pertanian.
Ketika suatu perekonomian mengalami kelesuan, itu akan berimbas pada macetnya kredit yang itu juga mempengaruhi usaha pertanian. Ekonomi lesu, kredit macet merupakan langkah-langkah menuju ketidaksejahteraan.

5. Adanya Bank yang mengejar target pengucuran kredit sehingga melakukan ekspansi berlebihan dalam menyalurkan dananya ke nasabah yang berimbas kredit menjadi macet.
Bank sebagai lembaga keuangan memiliki target pengucuran kredit dimana target tersebut harus dicapai dengan berbagai cara termasuk melakukan ekspansi berlebihan dalam menyalurkan kredit. Namun bank lupa bahwa kebijakannya itu dapat menyebabkan kredit menjadi macet yang akan bermuara pada lesunya usaha (dalam hal ini tentu usaha pertanian.)


6. Penempatan perencanaan kredit bank yang tidak diperhitungkan dengan seksama, misalnya hanya terkonsentrasi pada salah satu bidang saja (satu sektor saja), sehingga ketika terjadi kondisi yang tidak menguntungkan dalam sektor tersebut seluruh kreditnya menjadi macet.
http://elibrary.mb.ipb.ac.id/files/disk1/11/mbipb-12312421421421412-sigithasto-546-5-r22-05-h-n.pdf

7. Keterampilan manajerial yang kurang. Untuk kemampuan manajerial ini sangat memegang peranan penting. Kenapa? Karena hampir sekitar 50% kegagalan sebuah kredit berasal dari hal yang mendasar ini. Yaitu kemampuan manajerialnya. Jadinya penting bagi semua orang menguasai ilmu manajemen dalam hal ekonomi. Walaupun tidak harus detail namun dasar-dasarnya menurut saya sudah cukup.
Kegagalan kredit terkait keterampilan manajerial yang kurang biasanya terjadi seperti adanya jumlah nasabah yang tidak dicantumkan (padahal meminjam uang), terjadinya miss komunikasi antar sesama pegawai.


Rekomendasi terkait permasalahan kredit menurut saya adalah :
1. Pemerintah desa lebih merespon dalam mengajukan berkas permohonan ke Balai penyuluh pertanian kecamatan setempat, hal ini dikarenakan untuk meminilaisasi terjadinya kegagalan kredit.
2. Mengoptimalkan peranan koperasi desa dan me-deregulasi (menata ulang) prosedur agar tidak berbelit-belit.
3. Pemerintah memberikan jaminan, mengadakan pelatihan agar hasil panen sesuai harapan dan karakter petani menjadi lebih baik. Itu semua akan berimbas pada lancarnya penyaluran kredit.
4. Pemerintah memberikan injeksi agar perekonomian kembali bergairah. Perekonomian yang bergairah akan menyebabkan penyaluran kredit menjadi lancar.
5. Bank sebaiknya tidak mengejar target pengucuran kredit, idealnya bank mengucurkan kredit sesuai dengan kebutuhan.
6. Memperhitungkan penempatan perencanaan kredit bank dengan seksama, tidak terkonsentrasi pada salah satu bidang.
7. Meningkatkan kapasitas kemampuan/keterampian manajerial. Dengan demikian diharapkan bisa mengelola kredit secara optimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar